Abstrak
Kehadiran teknologi informasi merupakan faktor utama tersedianya pelayanan yang cepat, akurat, terartur, akuntabel dan terpecaya di dalam berbagi aspek kehidupan pada era sekarang ini, diantaranya ialah institusi pendidikan, guna menggembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan maka digunakanlah teknologi informasi atau yang lebih dikenal dengan e-learning. Dalam tulisan ini akan dikemukakan hasil analisis SWOT dalam e-learning dan urgensi e-learning dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan serta berbagai peran dan fungsi teknologi informasi sebagai solusi permasalahan pendidikan konvensional .
1. Latar Belakang
E-learning sebagai model pembelajaran baru dalam pendidikan memberikan peran dan fungsi yang besar bagi dunia pendidikan yang selama ini dibebankan dengan banyaknya kekurangan dan kelemahan pendidikan konvensional (pendidikan pada umumnya) diantaranya adalah keterbatasan ruang dan waktu dalam proses pendidikan konvensional. Teknologi informasi yang mempunyai standar platform internet yang bisa menjadi solusi permasalahan tersebut karena sifat dari internet itu sendiri yaitu memungkinkan segala sesuatu saling terhubung belum lagi karakter internet yang murah, sederhana dan terbuka mengakibatkan internet bisa digunakan oleh siapa saja (everyone), dimana saja (everywhere), kapan saja (everytime) dan bebas digunakan (available to every one).
Pengembangan pendidikan menuju e-learning merupakan suatu keharusan agar standar mutu pendidikan dapat ditingkatkan, karena e-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang berlandaskan tiga kriteria yaitu: (1) e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi, (2) pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar, (3) memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional (Rosenberg 2001; 28), dengan demikian urgensi teknologi informasi dapat dioptimalkan untuk pendidikan.
3
2. Analisis SWOT Terhadap E-Learning
Untuk menyatakan peran dan fungsi teknologi informasi pada pendidikan (elearning)
maka perlu dianalisis dengan metode SWOT (strength, weakness, opportunity,
and threat). Adapun tahap analisis SWOT menurut Rangkuti (1977) adalah :
a. Identifikasi faktor-faktor eksternal dan internal
b. Memberi nilai peubah dengan pembobotan serta rating dari 1 sampai 5. Bobot
dikalikan rating dari setiap faktor untuk mendapatkan skor untuk faktor-faktor
tersebut.
Sesuai dengan pola empat sel kuadran metode SWOT berikut ini akan dijelaskan posisi
institusi pendidikan dalam perpaduan antara kondisi internal dan eksternal untuk
menyatakan peran dan fungsi teknologi informasi
Gambar 1. Diagram Analisis SWOT
Sel satu adalah situasi yang paling menguntungkan, institusi pendidikan menghadapi
beberapa lingkungan dan mempunyai kekuatan yang mendorong dalam pemanfaatan
peluang yang ada.
Sel dua adalah situasi dimana institusi pendidikan dengan kekuatan internal
menghadapi suatu lingkungan yang tidak menguntungkan.
Sel tiga adalah institusi pendidikan menghadapi lingkungan yang sangat
menguntungkan tetapi tidak memiliki kemampuan untuk menangkap peluang .
Kelemahan Internal
(Weaknesses)
Kekuatan Internal
(Strengths)
Peluang Lingkungan
(Opportunities)
Ancaman Lingkungan
(Threats)
Sel 1 : Mendukung Strategi
Agresif
Sel 3 : Mendukung Strategi
Turn Around
Sel 2 : Mendukung Strategi
Diversifikasi
Sel 4 : Mendukung Strategi
Defensif / Survival
4
Sel empat adalah situasi perusahaan yang paling tidak menguntungkan. Institusi
pendidikan menghadapi ancaman lingkungan yang utama dari suatu posisi yang relatif
lemah.
Berikut untuk memperjelas posisi institusi pendidikan serta peran dan fungsi
teknologi informasi maka akan dipetakan posisi institusi pendidikan berupa matrik
SWOT yaitu akan dilihat gabungan antara pemanfaatan kekuatan untuk menangkap
peluang, mengatasi kelemahan dengan mengambil kesempaatan, menggunakan kekuatan
untuk menghindari ancaman, meminimalkan kelemahan dan menghindarkan ancaman.:
Opportunities (O)
Identifikasi Peluang
Threats (T)
Identifikasi Ancaman
Eksternal factor
Internal Faktor
1.Tersedia alat-alat teknologi informasi
(sarana dan prasarana)
2. Lingkungan pendidikan yang terjangkau
networking
3.Tersedia lembaga –lembaga pendukung
pendidikan
4. Sumber Daya alam yang mendukung.
1 Tidak tersedia alat-alat teknologi
informasi (sarana dan prasarana)
2. Lingkungan pendidikan yang tidak
terjangkau networking
3. Tidak tersedia lembaga –lembaga
pendukung pendidikan
4. Sumber Daya alam yang tidak
mendukung.
Strengths (S)
Identifikasi Pendidikan
1. Sumber Daya Manusia
yang akrab dengan
teknologi informasi
2. Tersedianya dana
3. Persetujuan seluruh
anggota yang terlibat.
Strategi SO
SDM yang uggul, dana yang tersedia dan
persetujuan seluruh anggota merupakan
kekuatan yang dapat menangkap peluang
untuk menyediakan sarana dan prasarana,
menyediakan networking serta mendapat
dukungan dari lembaga pendidikan dan
dapat memanfaatkan SDA yang ada.
Keadaan ini institusi pendidikan disarankan
menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang.
Strategi ST
SDM yang uggul, dana yang tersedia dan
persetujuan seluruh anggota merupakan
kekuatan tetapi mendapat ancaman dari
lingkungan berupa sarana dan prasarana
yang tidak tersedia, networking tidak
terjangkau, lembaga terkait tidak
mendukung, SDA yang tidak memadai.
Keadaan institusi pendidikan disarankan
menggunakan kekuatan yang dimiliki
untuk menghindarkan ancaman.
Weaknesses (W)
Identifikasi Kelemahan
1. Sumber Daya Manusia
yang asing dengan
teknologi informasi
2. Kurang tersedianya dana
3. Tidak ada Persetujuan
seluruh anggota yang
terlibat.
Strategi WO
SDM yang jelek, dana yang tidak tersedia
dan tidak ada persetujuan dari anggota
merupakan kelemahan yang berakibat tidak
dapat menangkap peluang berupa sarana
dan prasarana, lingkungan yang tersedia
networking, lembaga pendidikan yang
mendukung serta sumber daya alam yang
memadai. Keadaan institusi pendidikan
disarankan untuk memanfaatkan peluang
ada dengan meminimalkan kelemahan yang
ada.
Strategi WT
SDM yang jelek, dana yang tidak tersedia
dan tidak ada persetujuan dari anggota
merupakan kelemahan yang diperparah oleh
ancaman dari lingkungan berupa sarana dan
prasarana yang tidak tersedia, tidak
terjangkaunya networking, tidak mendapat
dukungan dari lingkungan terkait, SDA
yang tidak tersedia. Keadaan institusi
pendidikan disarankan bersifat defensive
dan berusaha meminimalkan kelemahan
yang ada serta menghindari ancaman.
Gambar 2. Matriks SWOT
5
Disinilah peran dan fungsi teknologi informasi untuk menghilangkan
berkembangnya sel dua, tiga dan empat berkembang di banyak institusi pendidikan yaitu
dengan cara:
1. Meminimalisir kelemahan internal dengan mengadakan perkenalan teknologi
informasi global dengan alat teknologi informasi itu sendiri (radio, televisi,
computer )
2. Mengembangkan teknologi informasi menjangkau seluruh daerah dengan
teknologi informasi itu sendiri (Wireless Network connection, LAN )
3. Pengembangan warga institusi pendidikan menjadi masyarakat berbasis
teknologi informasi agar dapat berdampingan dengan teknologi informasi
melalui alat-alat teknologi informasi.
Peran dan fungsi teknologi informasi dalam konteks yang lebih luas, yaitu dalam
manajemen dunia pendidikan, berdasar studi tentang tujuan pemanfaatan TI di dunia
pendidikan terkemuka di Amerika, Alavi dan Gallupe (2003) menemukan beberapa
tujuan pemanfaatan TI, yaitu (1) memperbaiki competitive positioning; (2) meningkatkan
brand image; (3) meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengajaran; (4) meningkatkan
kepuasan siswa; (5) meningkatkan pendapatan; (6) memperluas basis siswa; (7)
meningkatkan kualitas pelayanan; (8)mengurangi biaya operasi; dan (9) mengembangkan
produk dan layanan baru. Karenanya, tidak mengherankan jika saat ini banyak institusi
pendidikan di Indonesia yang berlombalomba berinvestasi dalam bidang TI untuk
memenangkan persaingan yang semakin ketat. Maka dari itu untuk memenangkan
pendidikan yang bermutu maka disolusikan untuk memposisikan institusi pendidikan
pada sel satu yaitu lingkungan peluang yang menguntungkan dan kekuatan internal yang
kuat.
3. Faktor-Faktor Pendukung E-Learning
E-learning dalam pendidikan memiliki peran menggeser lima cara dalam proses
pembelajaran yaitu: (1) dari pelatihan ke penampilan, (2) dari ruang kelas ke di mana dan
kapan saja, (3) dari kertas ke “on line” atau saluran, (4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan
kerja, (5) dari waktu siklus ke waktu nyata, Rosenberg (2001).
Teknologi informasi yang merupakan bahan pokok dari e-learning itu sendiri
berperan dalam menciptakan pelayanan yang cepat, akurat, teratur, akuntabel dan
terpecaya. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka ada beberapa factor yang
mempengaruhi teknologi informasi yaitu:
1. Infrastruktur
2. Sumber Daya Manusia
3. Kebijakan
4. Finansial
5. Konten dan Aplikasi.
6
Maksud dari faktor diatas adalah agar teknologi informasi dapat berkembang dengan
pesat , pertama dibutuhkan infrastruktur yang memungkinkan akses informasi di
manapun dengan kecepatan yang mencukupi. Kedua, faktor SDM menuntut ketersediaan
human brain yang menguasai teknologi tinggi. Ketiga, faktor kebijakan menuntut adanya
kebijakan berskala makro dan mikro yang berpihak pada pengembangan teknologi
informasi jangka panjang. Keempat, faktor finansial membutuhkan adanya sikap positif
dari bank dan lembaga keuangan lain untuk menyokong industri teknologi informasi.
Kelima, faktor konten dan aplikasi menuntut adanya informasi yang disampai pada
orang, tempat, dan waktu yang tepat serta ketersediaan aplikasi untuk menyampaikan
konten tersebut dengan nyaman pada penggunanya.
E-learning yang merupakan salah satu produk teknologi informasi tentu juga
memiliki faktor pendukung dalam terciptanya pendidikan yang bermutu, adapun faktorfaktor
tersebut; Pertama, harus ada kebijakan sebagai payung yang antara lain mencakup
sistem pembiayaan dan arah pengembangan. Kedua, pengembangan isi atau materi,
misalnya kurikulum harus berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Dengan
demikian, nantinya yang dikembangkan tak sebatas operasional atau latihan penggunaan
komputer. Ketiga, persiapan tenaga pengajar, dan terakhir, penyediaan perangkat
kerasnya.
4. Model Platform Peningkatan Mutu Pendidikan
Dari analisa sebelumnya direkomendasikan platform yang dapat diterapkan dalam
model peningkatan mutu pendidikan melalui e-learning , berikut model platform yang
dimaksud:
Input Pendidikan Proses pendidikan
Faktor-faktor
Kebijakan (mencakup sistem pembiyaan
dan arah pengembangan)
isi atau materi(kurikulum harus berbasis
teknologi informasi dan komunikasi)
SDM(tenaga pengajar)
Penyediaan perangkat kerasnya (sarana
dan prasarana)
Sumber Dana
1. Informasi
2. Energi dan
Tenaga
3. Bahan-bahan
Gambar 4. Alternatif Model Platform (Value Chain Based Model)
Output
pendidikan
Orang-orang
terdidik
berbasis
teknologi
informasi
7
Gambar 5. Alternatif Model Platform (Flow Based Model)
Input Pendidikan Proses Pendidikan Out put pendidikan
Faktor-faktor
Kebijaka
isi atau materi
SDM
Penyediaan perangkat kerasnya
Sumber Dana
Informasi
Energi/Tenaga
Bahan-bahan
8
5. Etika Dalam Pengunaan Teknologi Informasi
Dalam masyarakat kita sering mendengar etika yang dimaksud etika itu sendiri dalam
kamus bahasa indonesia dijelaskan ;
1. Ilmu tentang apa yang baik dan buruk, tentang hak dan kewajiban moral.
2. Kumpulan asas atau nilai yang bekenaan dengan akhlak
3. Nilai mengenai benar dan salah.
Perhatikan diagram dibwah ini :
Etika
Etika Umum
Etika Khusus
Etika Individual
Etika Sosial
Sikap Thd Sesama
Etika Keluarga
Etika Profesi
BioMedis
Hukum
Bisnis
Tek. Informasi
Lain-lain
Etika Politik
Lingkungan Hidup
9
Berdasarkan diagram diatas maka teknologi terdapat pada bagian etika profesi,
etika profesi itu sendiri yaitu Standar Teknis; Pelaksanaan jasa profesional relevan
dengan bidangnya. Kopentensi; Pelaksanaan jasa profesional sesuai kopetensi, dengan
kehati-hatian dan ketekunan. Tanggung jawab profesi; Pelaksanaan jasa profesional
menggunakan pertimbangan moral dan bertanggunjawab atas pekerjaan yang
dilakukannya. Obyektivitas; pelaksanaan jasa profesional secara obyektif dan bebas dari
bantuan kepentingan. Serta Kerahasiaan; tidak boleh mengungkapkan informasi yang
diperoleh tanpa persetujuan, kecuali ada kewajiban profesional/hukum.
10
DAFTAR PUSTAKA
Munir Dr (2007), Strategi Pengembangan B2b E-Commerce, Bahan Kuliah pada Prodi
Pendidikan Ilmu Komputer UPI Bandung ,Universitas Pendidikan Indonesia,
Bandung, 12 November.
Soekartawi (2003). E-Learning di Indonesia dan Prospeknya di Masa Mendatang.
Presentasi pada Seminar e-Learning perlu e-Library, Universitas Petra,
Surabaya, 3 Februari.
Wahid,Fathul (2003). Peran Teknologi Informasi Dalam Modrenisasi Pendidikan,
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 3 Juli.
Sidik,Ahmad,Ridwan (2007), Etika Komputer Dan Tanggung Jawab Professional di
Bidang Teknologi Informasi, SMA Islam Nuruk Karomah, 6 September.
http://fortip.org/wp-content/uploads/2007/12/e-learning.pdf
Kehadiran teknologi informasi merupakan faktor utama tersedianya pelayanan yang cepat, akurat, terartur, akuntabel dan terpecaya di dalam berbagi aspek kehidupan pada era sekarang ini, diantaranya ialah institusi pendidikan, guna menggembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan maka digunakanlah teknologi informasi atau yang lebih dikenal dengan e-learning. Dalam tulisan ini akan dikemukakan hasil analisis SWOT dalam e-learning dan urgensi e-learning dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan serta berbagai peran dan fungsi teknologi informasi sebagai solusi permasalahan pendidikan konvensional .
1. Latar Belakang
E-learning sebagai model pembelajaran baru dalam pendidikan memberikan peran dan fungsi yang besar bagi dunia pendidikan yang selama ini dibebankan dengan banyaknya kekurangan dan kelemahan pendidikan konvensional (pendidikan pada umumnya) diantaranya adalah keterbatasan ruang dan waktu dalam proses pendidikan konvensional. Teknologi informasi yang mempunyai standar platform internet yang bisa menjadi solusi permasalahan tersebut karena sifat dari internet itu sendiri yaitu memungkinkan segala sesuatu saling terhubung belum lagi karakter internet yang murah, sederhana dan terbuka mengakibatkan internet bisa digunakan oleh siapa saja (everyone), dimana saja (everywhere), kapan saja (everytime) dan bebas digunakan (available to every one).
Pengembangan pendidikan menuju e-learning merupakan suatu keharusan agar standar mutu pendidikan dapat ditingkatkan, karena e-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang berlandaskan tiga kriteria yaitu: (1) e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi, (2) pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar, (3) memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional (Rosenberg 2001; 28), dengan demikian urgensi teknologi informasi dapat dioptimalkan untuk pendidikan.
3
2. Analisis SWOT Terhadap E-Learning
Untuk menyatakan peran dan fungsi teknologi informasi pada pendidikan (elearning)
maka perlu dianalisis dengan metode SWOT (strength, weakness, opportunity,
and threat). Adapun tahap analisis SWOT menurut Rangkuti (1977) adalah :
a. Identifikasi faktor-faktor eksternal dan internal
b. Memberi nilai peubah dengan pembobotan serta rating dari 1 sampai 5. Bobot
dikalikan rating dari setiap faktor untuk mendapatkan skor untuk faktor-faktor
tersebut.
Sesuai dengan pola empat sel kuadran metode SWOT berikut ini akan dijelaskan posisi
institusi pendidikan dalam perpaduan antara kondisi internal dan eksternal untuk
menyatakan peran dan fungsi teknologi informasi
Gambar 1. Diagram Analisis SWOT
Sel satu adalah situasi yang paling menguntungkan, institusi pendidikan menghadapi
beberapa lingkungan dan mempunyai kekuatan yang mendorong dalam pemanfaatan
peluang yang ada.
Sel dua adalah situasi dimana institusi pendidikan dengan kekuatan internal
menghadapi suatu lingkungan yang tidak menguntungkan.
Sel tiga adalah institusi pendidikan menghadapi lingkungan yang sangat
menguntungkan tetapi tidak memiliki kemampuan untuk menangkap peluang .
Kelemahan Internal
(Weaknesses)
Kekuatan Internal
(Strengths)
Peluang Lingkungan
(Opportunities)
Ancaman Lingkungan
(Threats)
Sel 1 : Mendukung Strategi
Agresif
Sel 3 : Mendukung Strategi
Turn Around
Sel 2 : Mendukung Strategi
Diversifikasi
Sel 4 : Mendukung Strategi
Defensif / Survival
4
Sel empat adalah situasi perusahaan yang paling tidak menguntungkan. Institusi
pendidikan menghadapi ancaman lingkungan yang utama dari suatu posisi yang relatif
lemah.
Berikut untuk memperjelas posisi institusi pendidikan serta peran dan fungsi
teknologi informasi maka akan dipetakan posisi institusi pendidikan berupa matrik
SWOT yaitu akan dilihat gabungan antara pemanfaatan kekuatan untuk menangkap
peluang, mengatasi kelemahan dengan mengambil kesempaatan, menggunakan kekuatan
untuk menghindari ancaman, meminimalkan kelemahan dan menghindarkan ancaman.:
Opportunities (O)
Identifikasi Peluang
Threats (T)
Identifikasi Ancaman
Eksternal factor
Internal Faktor
1.Tersedia alat-alat teknologi informasi
(sarana dan prasarana)
2. Lingkungan pendidikan yang terjangkau
networking
3.Tersedia lembaga –lembaga pendukung
pendidikan
4. Sumber Daya alam yang mendukung.
1 Tidak tersedia alat-alat teknologi
informasi (sarana dan prasarana)
2. Lingkungan pendidikan yang tidak
terjangkau networking
3. Tidak tersedia lembaga –lembaga
pendukung pendidikan
4. Sumber Daya alam yang tidak
mendukung.
Strengths (S)
Identifikasi Pendidikan
1. Sumber Daya Manusia
yang akrab dengan
teknologi informasi
2. Tersedianya dana
3. Persetujuan seluruh
anggota yang terlibat.
Strategi SO
SDM yang uggul, dana yang tersedia dan
persetujuan seluruh anggota merupakan
kekuatan yang dapat menangkap peluang
untuk menyediakan sarana dan prasarana,
menyediakan networking serta mendapat
dukungan dari lembaga pendidikan dan
dapat memanfaatkan SDA yang ada.
Keadaan ini institusi pendidikan disarankan
menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang.
Strategi ST
SDM yang uggul, dana yang tersedia dan
persetujuan seluruh anggota merupakan
kekuatan tetapi mendapat ancaman dari
lingkungan berupa sarana dan prasarana
yang tidak tersedia, networking tidak
terjangkau, lembaga terkait tidak
mendukung, SDA yang tidak memadai.
Keadaan institusi pendidikan disarankan
menggunakan kekuatan yang dimiliki
untuk menghindarkan ancaman.
Weaknesses (W)
Identifikasi Kelemahan
1. Sumber Daya Manusia
yang asing dengan
teknologi informasi
2. Kurang tersedianya dana
3. Tidak ada Persetujuan
seluruh anggota yang
terlibat.
Strategi WO
SDM yang jelek, dana yang tidak tersedia
dan tidak ada persetujuan dari anggota
merupakan kelemahan yang berakibat tidak
dapat menangkap peluang berupa sarana
dan prasarana, lingkungan yang tersedia
networking, lembaga pendidikan yang
mendukung serta sumber daya alam yang
memadai. Keadaan institusi pendidikan
disarankan untuk memanfaatkan peluang
ada dengan meminimalkan kelemahan yang
ada.
Strategi WT
SDM yang jelek, dana yang tidak tersedia
dan tidak ada persetujuan dari anggota
merupakan kelemahan yang diperparah oleh
ancaman dari lingkungan berupa sarana dan
prasarana yang tidak tersedia, tidak
terjangkaunya networking, tidak mendapat
dukungan dari lingkungan terkait, SDA
yang tidak tersedia. Keadaan institusi
pendidikan disarankan bersifat defensive
dan berusaha meminimalkan kelemahan
yang ada serta menghindari ancaman.
Gambar 2. Matriks SWOT
5
Disinilah peran dan fungsi teknologi informasi untuk menghilangkan
berkembangnya sel dua, tiga dan empat berkembang di banyak institusi pendidikan yaitu
dengan cara:
1. Meminimalisir kelemahan internal dengan mengadakan perkenalan teknologi
informasi global dengan alat teknologi informasi itu sendiri (radio, televisi,
computer )
2. Mengembangkan teknologi informasi menjangkau seluruh daerah dengan
teknologi informasi itu sendiri (Wireless Network connection, LAN )
3. Pengembangan warga institusi pendidikan menjadi masyarakat berbasis
teknologi informasi agar dapat berdampingan dengan teknologi informasi
melalui alat-alat teknologi informasi.
Peran dan fungsi teknologi informasi dalam konteks yang lebih luas, yaitu dalam
manajemen dunia pendidikan, berdasar studi tentang tujuan pemanfaatan TI di dunia
pendidikan terkemuka di Amerika, Alavi dan Gallupe (2003) menemukan beberapa
tujuan pemanfaatan TI, yaitu (1) memperbaiki competitive positioning; (2) meningkatkan
brand image; (3) meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengajaran; (4) meningkatkan
kepuasan siswa; (5) meningkatkan pendapatan; (6) memperluas basis siswa; (7)
meningkatkan kualitas pelayanan; (8)mengurangi biaya operasi; dan (9) mengembangkan
produk dan layanan baru. Karenanya, tidak mengherankan jika saat ini banyak institusi
pendidikan di Indonesia yang berlombalomba berinvestasi dalam bidang TI untuk
memenangkan persaingan yang semakin ketat. Maka dari itu untuk memenangkan
pendidikan yang bermutu maka disolusikan untuk memposisikan institusi pendidikan
pada sel satu yaitu lingkungan peluang yang menguntungkan dan kekuatan internal yang
kuat.
3. Faktor-Faktor Pendukung E-Learning
E-learning dalam pendidikan memiliki peran menggeser lima cara dalam proses
pembelajaran yaitu: (1) dari pelatihan ke penampilan, (2) dari ruang kelas ke di mana dan
kapan saja, (3) dari kertas ke “on line” atau saluran, (4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan
kerja, (5) dari waktu siklus ke waktu nyata, Rosenberg (2001).
Teknologi informasi yang merupakan bahan pokok dari e-learning itu sendiri
berperan dalam menciptakan pelayanan yang cepat, akurat, teratur, akuntabel dan
terpecaya. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka ada beberapa factor yang
mempengaruhi teknologi informasi yaitu:
1. Infrastruktur
2. Sumber Daya Manusia
3. Kebijakan
4. Finansial
5. Konten dan Aplikasi.
6
Maksud dari faktor diatas adalah agar teknologi informasi dapat berkembang dengan
pesat , pertama dibutuhkan infrastruktur yang memungkinkan akses informasi di
manapun dengan kecepatan yang mencukupi. Kedua, faktor SDM menuntut ketersediaan
human brain yang menguasai teknologi tinggi. Ketiga, faktor kebijakan menuntut adanya
kebijakan berskala makro dan mikro yang berpihak pada pengembangan teknologi
informasi jangka panjang. Keempat, faktor finansial membutuhkan adanya sikap positif
dari bank dan lembaga keuangan lain untuk menyokong industri teknologi informasi.
Kelima, faktor konten dan aplikasi menuntut adanya informasi yang disampai pada
orang, tempat, dan waktu yang tepat serta ketersediaan aplikasi untuk menyampaikan
konten tersebut dengan nyaman pada penggunanya.
E-learning yang merupakan salah satu produk teknologi informasi tentu juga
memiliki faktor pendukung dalam terciptanya pendidikan yang bermutu, adapun faktorfaktor
tersebut; Pertama, harus ada kebijakan sebagai payung yang antara lain mencakup
sistem pembiayaan dan arah pengembangan. Kedua, pengembangan isi atau materi,
misalnya kurikulum harus berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Dengan
demikian, nantinya yang dikembangkan tak sebatas operasional atau latihan penggunaan
komputer. Ketiga, persiapan tenaga pengajar, dan terakhir, penyediaan perangkat
kerasnya.
4. Model Platform Peningkatan Mutu Pendidikan
Dari analisa sebelumnya direkomendasikan platform yang dapat diterapkan dalam
model peningkatan mutu pendidikan melalui e-learning , berikut model platform yang
dimaksud:
Input Pendidikan Proses pendidikan
Faktor-faktor
Kebijakan (mencakup sistem pembiyaan
dan arah pengembangan)
isi atau materi(kurikulum harus berbasis
teknologi informasi dan komunikasi)
SDM(tenaga pengajar)
Penyediaan perangkat kerasnya (sarana
dan prasarana)
Sumber Dana
1. Informasi
2. Energi dan
Tenaga
3. Bahan-bahan
Gambar 4. Alternatif Model Platform (Value Chain Based Model)
Output
pendidikan
Orang-orang
terdidik
berbasis
teknologi
informasi
7
Gambar 5. Alternatif Model Platform (Flow Based Model)
Input Pendidikan Proses Pendidikan Out put pendidikan
Faktor-faktor
Kebijaka
isi atau materi
SDM
Penyediaan perangkat kerasnya
Sumber Dana
Informasi
Energi/Tenaga
Bahan-bahan
8
5. Etika Dalam Pengunaan Teknologi Informasi
Dalam masyarakat kita sering mendengar etika yang dimaksud etika itu sendiri dalam
kamus bahasa indonesia dijelaskan ;
1. Ilmu tentang apa yang baik dan buruk, tentang hak dan kewajiban moral.
2. Kumpulan asas atau nilai yang bekenaan dengan akhlak
3. Nilai mengenai benar dan salah.
Perhatikan diagram dibwah ini :
Etika
Etika Umum
Etika Khusus
Etika Individual
Etika Sosial
Sikap Thd Sesama
Etika Keluarga
Etika Profesi
BioMedis
Hukum
Bisnis
Tek. Informasi
Lain-lain
Etika Politik
Lingkungan Hidup
9
Berdasarkan diagram diatas maka teknologi terdapat pada bagian etika profesi,
etika profesi itu sendiri yaitu Standar Teknis; Pelaksanaan jasa profesional relevan
dengan bidangnya. Kopentensi; Pelaksanaan jasa profesional sesuai kopetensi, dengan
kehati-hatian dan ketekunan. Tanggung jawab profesi; Pelaksanaan jasa profesional
menggunakan pertimbangan moral dan bertanggunjawab atas pekerjaan yang
dilakukannya. Obyektivitas; pelaksanaan jasa profesional secara obyektif dan bebas dari
bantuan kepentingan. Serta Kerahasiaan; tidak boleh mengungkapkan informasi yang
diperoleh tanpa persetujuan, kecuali ada kewajiban profesional/hukum.
10
DAFTAR PUSTAKA
Munir Dr (2007), Strategi Pengembangan B2b E-Commerce, Bahan Kuliah pada Prodi
Pendidikan Ilmu Komputer UPI Bandung ,Universitas Pendidikan Indonesia,
Bandung, 12 November.
Soekartawi (2003). E-Learning di Indonesia dan Prospeknya di Masa Mendatang.
Presentasi pada Seminar e-Learning perlu e-Library, Universitas Petra,
Surabaya, 3 Februari.
Wahid,Fathul (2003). Peran Teknologi Informasi Dalam Modrenisasi Pendidikan,
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 3 Juli.
Sidik,Ahmad,Ridwan (2007), Etika Komputer Dan Tanggung Jawab Professional di
Bidang Teknologi Informasi, SMA Islam Nuruk Karomah, 6 September.
http://fortip.org/wp-content/uploads/2007/12/e-learning.pdf
0 komentar:
Post a Comment